Berita Permata.Com||Kampar, Riau-Kehadiran tiga ekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di area perkebunan sawit di Kabupaten Kampar, Riau, membuat warga setempat gempar. Informasi yang beredar menyebutkan, kemunculan satwa langka dan dilindungi itu diduga terjadi sejak awal Oktober 2025. Warga yang tengah bekerja di kebun mendadak panik setelah melihat jejak dan sosok harimau yang melintas di antara pohon sawit.
Menurut keterangan beberapa warga, termasuk salah satunya wartawan Athia, keberadaan harimau di kebun sawit sebenarnya tidak lepas dari rusaknya habitat asli mereka.
“Wajar lah mereka masuk ke kebun warga, rumah mereka dibiarkan diganggu terus oleh pihak berwenang,” ujar Athia dengan nada kesal.minggu (5/10/2025)
Pernyataan tersebut menggambarkan keresahan masyarakat yang memahami bahwa perambahan hutan dan ekspansi perkebunan besar telah menekan ruang hidup satwa liar, termasuk harimau Sumatera yang kini kian terdesak. Wilayah Kabupaten Kampar, yang sebagian besar kini didominasi perkebunan sawit, menjadi salah satu titik konflik antara manusia dan satwa liar yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Warga juga melaporkan bahwa harimau tersebut sempat terlihat di beberapa blok kebun sawit yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan sekunder. Meski belum ada laporan korban jiwa, warga kini memilih berhati-hati dan menghindari bekerja sendirian di kebun pada pagi atau sore hari.
Pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dikabarkan telah menerima laporan dan tengah menurunkan tim patroli untuk melakukan identifikasi jejak serta memastikan keberadaan harimau. Tim juga akan memasang kamera trap guna memantau pergerakan satwa tersebut.
Aktivis lingkungan menilai kejadian ini sebagai peringatan keras bagi pemerintah dan perusahaan perkebunan agar tidak terus mengabaikan keseimbangan ekosistem.
“Jika habitat hutan terus dibuka untuk sawit atau tambang, maka konflik seperti ini akan terus terjadi. Harimau bukan penyerang mereka hanya mempertahankan wilayah hidupnya yang terus menyempit,”sambungnya athia
Sebagai satu-satunya subspesies harimau yang tersisa di Indonesia, harimau Sumatera kini berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut daftar merah IUCN. Populasinya diperkirakan tersisa kurang dari 400 ekor di alam liar, tersebar di beberapa kantong hutan di Sumatera, termasuk di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.
Warga Kampar berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas dalam menjaga kelestarian hutan dan memastikan keselamatan masyarakat. Mereka tak ingin tragedi konflik manusia dan satwa liar berulang hanya karena kelalaian pengelolaan lingkungan.
“Harimau itu simbol hutan kita. Kalau harimau sudah keluar dari hutannya, itu artinya alam sedang sakit,” tutup Athia dengan nada prihatin.
Hingga berita ini diterbitkan pihak dinas terkait belum terkonfirmasi oleh wartawan,







